Rabu, 21 April 2010


MUNGKIN TIDAK DANAU SENTANI MEMBAGIKAN AIRNYA KE

PADANG BULAN, ABEPURA, KOTA JAYAPURA

PAPUA


Danau Sentani

Orang Papua siapa yang tidak mengenal yang namanya danau Sentani. Hampir semua orang di Papua mengenal Danau Sentani, baik melalui media masa mapun media elektronik bahkan ada banyak orang yang sudah sampai di Danau Sentani. Danau Sentani tidak hanya dikenal di Papua, tetapi dikenal hingga ke luar Papua bahkan sampai keluar negri. Karena memang ke unikannya dan keindahannya yang tak bisa di ungkapkan dalam bentuk kata-kata kepada Sang Pencipta.


Danau Sentani terletak di tengah Jantung Kota antar dua wilayah administrasi yaitu daerah Kabupaten Jayapura dan Wilayah Kota Jayapura, Danau Sentani memiliki luasan ± 36.780.000 m2 yang memanjang Barat-Timur kemudian berputar di daerah Yoka menuju Selatan dan bermuara di Kampung Yokiwa.

Proses pembentukan danau Sentani sendiri, belum di ketahui secara pasti. Dalam cerita adat tentu pasti ada, namun secara ilmiah hingga kini belum ada. Menurut saya secara pribadi kemungkinan Danau Sentani merupakan salah satu danau yang terbentuk akibat aktifitas tektonik. Namun saya belum bisa berbicara banyak tentang hal tersebut, sebab minimnya data dan sama sekali data tersebut belum kemudian keterbatasan saya juga sebagai Junior Geologis yang belum mempunyai pengalaman serta belum mempunyai satu gelar pendidikan dari sebuah perguruan tinggi.

Namun persoalan ini tidak meredamkan semangat saya untuk melakukan sesuatu percobaan penelitian yang di kaji dalam sebuah tulisan yang akan dibaca secara bersama-sama dibawah ini.

Tulisan ini pernah saya persentasekan kepada beberapa orang yang bertugas di Papua dalam menangani masalah kegempaan kemudian disaksikan oleh dua orang teman angkatan (Geost 06), dari hasil persentase tersebut banyak masukan dan banyak kritikan yang mengatakan tidak mungkin tetapi saya mencoba mengatakan mungkin.


Mungkin Tidak Danau Sentani Berpotensi Bencana Bagi Warga Sekitar…..?


Ketika masih dikampung saya sama skali tidak mengenal yang namanya Danau Sentani, setelah tiba di Sorong, trus lanjut tinggal di Manokwari dan Kini Tinggal lagi di Jayapura itu baru saya mengenal yang namanya Danau Sentani. Setelah saya mengenal Ilmu Geologi secara baik (belum mencapai standar) melalui hasil bacaan buku dan hasil penyampaian dari beberapa Senior Geologi (Geost Orang Asli Papau), maka saat itulah saya sendiri mulai berpikir untuk berkeliling Jayapura dengan berjalan kaki beralaskan sendal swalo tanpa makan hanya minum (air krang). Dari hasil tersebut saya ketahui bahwa ternyata banyak fenomena-fenomena geologi yang menarik di Jayapura hingga kedaerah Danau Sentani. Baik fenomena morfologinya, stratigrafinya dan struktur geologinya.


Daerah Danau Sentani memiliki beberapa keunikan untuk di pelajari lebih mendalam oleh seorang ahli geologi, namun jika di kaji secara baik kemungkinan ada potensi-potensi bencana yang mungkin saja akan timbul dari danau ini terhadap warga sekitar. Becana ini hanya masih bersifat prediksi dan yang memprediksikan hal tersebut adalah saya sendiri. Memang bencana geologi itu merupakan sebuah prediksi hampa, sebab belum ada satupun alat yang bisa memprediksikan tanggal dan jam terjadinya suatu bencana geologi secara tepat, sehingga kadang membuat banyak orang tidak percaya akan prediksi-prediksi tersebut apalagi terhadap saya yang bukan seorang profesor /seorang Ilmuan yang mecoba melakukan prediksi ini. Boleh dikata bencana geologi itu ibarat seorang pangeran yang meninggalkan harta karunnya kemudian pergi jauh dengan tidak menjanjikan kapan waktu kembalinya sehingga pejaga-penjaganya harus selalau waspada, becana geologi pun demikian seperti becana gempa bumi, tanah longsor dll yang kapan saja bisa terjadi. Dengan demikian sehingga untuk mengantisipasi hal-hal tersebut tidak ada salahnya jika dilakukan suatu prediksi bencana guna di antisipasi secara dini.


Hubungan Danau Sentani Dengan Daerah Padang Bulan………!!!

Setelah beberapa kali melakukan interpertasi peta dan foto udara kemudian dilanjutkan dengan hasil pengamatan serta penelitian lapangan di ketahui bahwa, ternyata Danau Sentani berada lebih tinggi dari permukaan air laut di bandingkan dengan Daerah Padang Bulan-Abepura.

Minimnya fasilitas yang saya memiliki untuk melakukan percobaan pengukuran beda tinggi/elevasi maka, saya mencoba meminjam alat berupa GPS Garmin 76 Cx untuk melakukan pengukuran beda tinggi/Elevasi. Dari hasil pengukuran beda tinggi/Elevasi di beberapa titik di seperti pada tabel berikut ini.

Berdasarkan hasil pengukuran seperti yang nampak pada tabel di atas maka dapat diketahui bahwa memang Danau Sentani memiliki selisih beda tinggi/Elevasi dengan daerah Padang Bulan-Abepura yaitu antara 54-21 meter tingginya. Dibawah ini merupakan gambar hasil sayatan antara permukaan Danau Sentani dengan daerah Padang Bulan-Abepura.


Gambar sayatan topografi antara permukaan danau Sentani dengan daerah Padang Bulan



Bahaya Apa Yang di Takutkan……..??

Ia faktor utama yang di takutkan adalah kemungkinan akan berpindahnya ribuan liter air danau Sentani ke daerah Padang-Abepura jika ada aktiftas tektonik dalam skala besar (> 7,5) dengan pusat gempa (epi sentrum) yang sangat dekat, sehingga menyebabkan retakan-retakan antara blok batuan. Jika ini suatu ketika terjadi maka akan sangat di takutkan sebab, dari hasil pemetaan di ketahui bahwa, daerah Danau Sentani yang paling dalam adalah daerah dekat Kampung Yoka yang sangat berdekatan dengan Padang Bulan (± 2 Km) sehingga sangat membahayakan jika terjadi retakan-retakan antar blok batuan pada saat gempa bumi.


Gambar danau Sentani dengan zona kedalaman dan tempak 3D permukaan danau Sentani dengan daerah Padang Bulan (Gbr bawah)


Menggapa Air Danau Berpindah serta Bagaimana Kondisi Batuan dan Struktur Geologinya ……..?

Dari hasil pengukuran Jarak Danau Sentani dengan Padang Bulan ± 2 Km, kemudian hasil pengukuran beda tinggi/elevasi yang sudah dilakukan di atas bahwa Danau Sentani berada di atas daerah Padang Bulan-Abepura. Bagaimana dengan kondisi batuan dan struktur Geologi/retakan/patahan antara blok batuan……..?

Dari hasil pengamatan dan penelitian lapangan diketahui bahwa antara daerah Yoka, Belakang Sipur sampai daerah Padang bulan di Susun oleh dua kelompok batuan yaitu Batugamping Terumbu dan betuan beku Peridotit (Serpentinit). Dari hasil penelitian lapangan di ketahui bahwa kedua batuan ini memiliki batas kontak struktur berupa adanya zona gerusan pada batas kontak (dekat Ale-Ale/Padang Bulan).

Persolan ini juga didukung dengan lingkungan pembentukan antara kedua batuan yang sangat berbeda, dimana batuan peridotit merupakan batuan lingkungan laut dalam (batuan utama penyususn kerak samudra)yang berhubungan dengan aktifitas tektonik shingga terangkat, kemudian disertai susut laut maka batuan lingkungan laut dalam ini terangkat hingga kepermukaan bersamaan dengan batugamping terumbu yang merupakan batuan lingkungan laut dangkal (neritik tepi). Pengaruh aktifitas tektonik yang sangat kuat tersebut yang mengakibatkan sehingga batuan retak-retak dan hancur (Kekar). (perhatikan foto di bawah).


Foto batas kontak antara batuan batu gamping (A) dan Peridotit (B). batas kontak ini berarah Timur Barat artinya serah aliran air danau.


Kenampakan batuan beku peridotit yang terkekarkan dan tergeruskan sangat kuat akibat aktifitas tektonik.


Kenampakan singkapan batugamping terumbu yang hancur akibat aktiftas tektonik


Selain itu, dari hasil penelitian lapangan terhadap bidang sesar (pitch) di daerah Ale-Ale Padang Bulan, mata air pada batuan beku (daerah ale-ale), intrusi dike (lokasi yoka/sudah hilang akibat digusuran) pada batuan peridotit serta ketidak selarasan antara batuan. Kemudian kesebandingan dengan data geologi regional lembar Jayapura dan penelitian skripsi (Mitchel L.D). Maka di ketahui bahwa sepanjang daerah Padang Bulan-Yoka terpotong oleh sebuah jalur patahan antara blok batuan (sesar naik). (perhatikan gambar foto –foto lapangan dan peta).


Gambar foto udara berdasarkan kekasaran topografi dan jalur patahan (grs hitam bergerigi).


Gambar lokasi jalur patahan yang di sertai dengan bukti foto-foto lapangan.


Foto batuan yang mengalami gejala struktur sebagai bukti sesar naik


Dengan demikian maka pada lokasi jalur patahan ini bisa saja berpotensi bencana bagi warga sekitar daerah Padang Bulan apa bila di suatu ketika ada aktifitas tektonik dalam skala besar berupa gempa bumi (> 7,5 SR), sehingga jalur patahan ini bisa saja retak dan menyebabkan masuknya air hingga ke daerah Padang Bulan apalagi danau Sentani hanya memiliki satu muarah yang hanya berjarak ± 25 Meter.


Berpidahnya air ini bisa terjadi pada air permukaan dan air bawah permukaan, sangat bersyukur jika airnya berpidah dalam jumlah kecil tetapi kalu dalam jumlah besar sangat berbahaya. Sebab ada beberapa mata air yang di daerah Padang Bulan yang diprediksikan berasal dari Danau Sentani (Belum ada data LEB dan masi bersifat asumsi). Seperti penjelasan di atas berpidahnya air danau disebabkan oleh faktor gempa bumi skala besar, karena gempa bumi mengkabitkan batuan pecah namun sangat baik jika gaya gempa bumi menyebabkan batuan terkompresi/tertekan tetapi jika gempa bumi menyebabkan

batuan tertarik dan maka kemungkinan sangat membuka ruang gerak bagi air untuk mengalir dalam debit yang besar (berpotensi banjir).

Jika dilihat secara baik memang jalur patahan di lokasi penelitian bersifat kompresi sehingga kemungkinan air lewat sagat susah, namun hal ini tidak lah menjamin sebab akfitas tektonik Papua yang terus aktif hingga sekarang bisa saja mengubah arah gaya utama sehingga batuan yang kompresi mengalami tarikan. Apa lagi batas kontak antara batugamping dan batuan beku peridotit hampir sejajar dengan jalur Patahan, kemudian persoalan ini di perparah dengan semakin giatnya aktifitas penambangan di sekitar daerah Yoka hingga daerah Padang Bulan.


Gambar contoh pergerakan air bawah permukaan yang terjadi dalam retakan-retakan batuan antar batuan



Gambar salah satu contoh bukti jebolnya sebuah danau hingga air danau mengantam masuk ke dalam lokasi tengah perkotaan.


Mengenai Gempa Bumi…..!!!

Gempa bumi di sertai retakan batuan bisa saja terjadi di Lokasi penelitian, sebab lokasi penelitian juga merupakan bagian dari Pulau Papua yang sering mengalami aktifitas tektonik berupa gempa bumi. Apalagi Pulau Papua berada persis di daerah antara pertemuan lempeng Pasifik dan lempeng Indo-Australia dan Pulau Papua juga merupakan daerah Jalur Gempa Bumi. Bisa perhatikan salah satu contoh gempa tektonik Nabire tahun 2003, yang mengakibatkan banyak korban dan retakan-retakan tanah. Retakan-retakan tanah ini tidak hanya terjadi pada daerah jalur patahan, tetapi sampir semua lokasi yang berdekatan dengan pusat gempa. Dari rekaman data BMG di ketahui bahwa gempa bumi waktu itu di berkedalaman 33 Km dan berkekuatan 6,4 SR. Namun untuk daerah Jayapura dan sekitarnya saya belum bisa memperediksikan secara pasti lokasi titik pusat gempa yang berpotensi hingga menyebabkan jebolnya danau/atau retakan antar batuan hingga aliran air berpindah ke Padang Bulan tersebut


Gambar pertemuan antara lempeng pasifik dan Indo-Australia. Pertemuan ini ada tepat di Papua hingga sering terjadi gempa bumi baik di Manokwari, Sorong dll


Letak Jayapura/Danau Sentani dengan jalur gempa bumi (Garis merah).


Salah satu data titik pusat gempa di dekat Jayapura, sebagai bukti kalau daerah Jayapura juga merupakan daerah yang rawan akan gempa bumi.


Foto salah satu contoh retakan jalan dan batuan akibat aktifitas tektonik (gempa bumi) didaerah Nabire pada tahun 2004.


Saran Saya……??

saya secara pribadi menyarankan agar dilakukan penelitian tingkat lanjut terhadap hasil tulisan ini, sebab saya sendiri masih dalam proses pembelajaran. Saya juga menyarankan agar dilakukan penelitian baik permukaan maupun bawah permukaan terhadap jalur patah yang saya prediksikan di atas guna mencegah masyarakat yang terus melakukan aktifitas penambangan dan pembangunan di sekitar jalur patahan tersebut. Kemudian perlu adanya pemeriksaan laboratorium terhadap beberapa mata air yang ada di daerah Ale-Ale Padang Bulan, Jalan masuk Perumnas IV (empat) sehingga di pastikan apakah mata air tersebut bersumber dari Danau Sentani atau tidak, guna mengantisipasi jika suatu ketika Danau Sentani tercemar maka kemungkinan warga sekitar ini akan mendapatkan dampaknya sebab mata air-mata air tersebut telah di konsumsi hingga sekarang.


Makasih-Makasih dan Terima kasih …………!!!!!



Saya mengucapkan banyak terimakasih kepada Senior Saya yaitu Mitchel L.D, kemudian teman angkatan yang membantu yaitu Jhantivanus Ohee (anak asli Yoka), Meky Pikey dan adik saya Marten I.N.


Titip Bingkisan Ultah……..!!!

Tulisan ini paling special buat saya sendiri menjalang ultah Qu yang ke 22 nanti (dlm ijasa 23) pada tanggal 24 Mei nanti. Saya ke buru sekarang sebab di tanggal tersebut saya konsen dengan TA.

Saya mewakili mama saya yang sudah Tiada (almarhum) cuman titipkan salam. Mata Ulang Tahun Ya Ana Qu, moga sukses.



Maaf jika ada kekurangan, huruf, pengulangan kata yang berlebihan dan kekurangan-kekurangan lainnya.